by: mas Opiq*
Being a 'juru ukur' or known as surveyor is very challenging, also pathetic..... why??
Mungkin ada beberapa orang yang tidak tahu apa itu surveyor.... atau ada segelintir orang di negeri yang luas ini yang hanya tahu bahwa surveyor itu adalah tukang ngukur tanah, yang kerjaannya 'ngeker-ngeker' di pinggir jalan pake alat yang seperti kamera tipi, ngekerin orang mandi di sungai ;)... hmmm, hanya segitukah pengetahuan orang tentang surveyor, sungguh menyedihkan...
Selama hampir 60 tahun pendidikan mengenai ilmu ukur tanah, pemetaan, geodesi, geomatika, atau apapun lah namanya di negeri ini, ternyata belum mampu menjelaskan kepada khalayak mengenai profesi surveyor. Kenapa? kenapa profesi ini tidak sepopuler arstitek, pelukis, sutradara, insinyur sipil..dll?
Itulah yang menjadi keprihatinan saya sebagai seorang yang berkecimpung di dunia survey dan pemetaan... maka, dengan curhat di blog ini semoga bisa menularkan dan mungkin ada solusi dari yang membacanya tentang masalah ini...
Ono gulo ono semut… ada profesi ada pekerjaannya.. berikut akan saya sampaikan sedikit mengenai arti dari surveyor. Surveyor : orang yang melakukan pekerjaan survey/pemetaan. Pekerjaan survey/pemetaan (surveying) sendiri adalah suatu teknik dan ilmu untuk menentukan posisi titik dalam suatu ruang 3D, menentukan jarak dan sudut diantara titik-titik tersebut dengan teliti. Posisi titik ini bisa berada di permukaan bumi di dalam bumi dan di luar bumi. Dalam rangka memenuhi sasaran dan maksud dari pekerjaan survey, seorang surveyor harus tahu prinsip geometri (ilmu ukur), rancang-bangun, matematika, fisika dan bahkan ilmu hukum.
Tanpa disadari, surveyor telah menjadi salah satu unsur penting dalam pengembangan lingkungan manusia sejak beberapa abad lalu. Profesi ini merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan hampir ditiap pekerjaan konstruksi. Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh….
Jaman dahulu, seorang surveyor hanya memerlukan kompas dan meteran dalam melakukan pekerjaannya, seiring dengan perkembangan teknologi muncullah theodolit, merupakan cikal bakal alat ukur sudut teliti. Untuk pengukuran jarak, ditemukan lah EDM (electronic Distance Measurement) yang menggunakan prinsip cepat-rambat gelombang elektromagnetik dalam penentuan jaraknya. kemudian muncullah alat ukur yang menggabungkan EDM+Theodolit menjadi satu alat yang lebih praktis dan serba digital, Total Station. Cerita tadi merupakan salah satu perkembangan dunia surveying di dunia, terutama untuk land surveying (pemetaan darat), masih ada lingkup pekerjaan survey di laut ataupun udara yang mengalami perkembangan serupa. Bahkan saat ini, dalam teknologi pemetaan sudah menggunakan satelit GPS buatan Dep. Pertahanan Amerika, GLONASS buatan Rusia dan Gallileo buatan Uni Eropa… canggih kan sebenarnya? Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh…
Ruang lingkup atau jenis pekerjaan survey ada berbagai macam, antara lain:
- Survey batas: menentukan batas kepemilikan lahan atau wilayah. Jaman dulu sampai jaman sekarang orang bisa baku bunuh gara-gara sengketa batas wilayah. Untuk itu sangat perlu ditentukan batas aktual dilapangan dan kemudian didokumentasikan dalam sebuah peta agar orang lain tahu batas wilayah kita.
- Survey deformasi: menentukan apakah stuktur atau object mengalami perubahan bentuk atau pergerakan. Diperlukan pengukuran 3D pada objek yang akan diukur dan dilakukan pengukuran kembali pada titik yang sama secara berkala. Hasil dari pengukuran kedua dan seterusnya dibandingkan dengan pengukuran pertama untuk dihitung besar pergerakannya. Jenis survey ini biasa dilakukan untuk pemantauan bendungan, rig platform, dan yang lagi hangat-hangatnya adalah penentuan nilai penurunan tanah akibat semburan lumpur di Porong, Sidoarjo.
- Survey rekayasa: biasa dilakukan dalam pekerjaan konstruksi, baik itu pembuatan jalan, gedung, rel, dll. Sebenarnya pekerjaan survey dibidang rekayasa inilah yang banyak kita temui di setiap proyek pembangunan, tapi seringkali kegiatan survey-nya tidak diperhatikan oleh masyarakat karena masyarakat memandang proyek itu dari namanya, misal proyek jembatan layang Paspasti, proyek jalan tol… dan tentu saja yang dikenal adalah insinyur sipilnya, arsiteknya….dll.
- Survey topografi: mengukur/memetakan permukaan bumi yang direpresentasikan dalam kumpulan titik-titik koordinat 3D kemudian biasa digambarkan dalam garis kontur (garis yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama).
- Survey Hidrografi: survey yang dilakukan untuk memetakan topografi dasar laut untuk digunakan lebih lanjut dalam navigasi kapal, konstruksi lepas pantai, atau manajemen sumber daya laut.
- Survey konstruksi: bisa dibilang merupakan bagian dari survey rekayasa, tetapi lebih spesifik ke bidang konstruksi.
- Survey navigasi: untuk mengetahui posisi suatu wahana bergerak (misal kapal, pesawat terbang, mobil,rudal) sehingga bisa menentukan dan mengontrol apakah wahana tersebut berada dijalur yang aman, cepat dan sesuai rencana.
Dan masih banyak jenis pekerjaan survey yang lain, Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh…
Di dunia kerja di tanah air ini, profesi surveyor masih belum bisa berkembang dan mengembangkan diri untuk meningkatkan eksistensinya… pada kenyataannya, banyak perusahaan yang masih menganggap surveyor itu sebagai profesi yang tidak memberikan kontribusi penting dalam pencapaian keuntungan perusahaan. Sehingga posisi seorang surveyor masih ditempatkan di level bawah….
Padahal apa bedanya dengan seorang geologist, mine engineer, insinyur sipil…, mereka tidak akan bisa merencanakan dan melakuan perkerjaan penambangan, pembangunan jalan dengan baik tanpa ada surveyor. Apakah bisa seorang insinyur sipil membangun jalan tol sepanjang 10km tanpa peta topografi, tanpa panduan pemasangan titik di lapangan, menghitung volume galian dan timbunan yang diperlukan tanpa seorang surveyor?
Apakah bisa seorang geologist menentukan posisi sumber minyak, memetakan jalur patahan dengan akurat tanpa seorang surveyor?
Itulah ironisnya, mungkin karena pengetahuan para pemilik dan pemangku jabatan tertinggi di perusahaan hanya mengenal dunia survey/pemetaan dari kulitnya saja, jadi mereka menggangap surveyor yang hanya begitu-begitu saja…
Untuk itu, ada baiknya juga buat para surveyor 'jual mahal' dikit kepada para peminta-minta jasa kita.. jangan sampai mereka menganggap kita sebagai seorang pembantu mereka dalam menyediakan data sehingga seenaknya saja menyuruh. Kita harus mulai menunjukkan kepada mereka bahwa profesi kita itu sejajar dan bahkan lebih penting daripada mereka.. menunjukkan bahwa hasil kerja kita sangat berperan dalam sebuah pekerjaan/proyek mereka... kita perlu menggalakkan arogansi profesi.
Salah satu hal yang membuat mereka agak melek tentang geodesi adalah masalah transformasi datum/koordinat. Ini saya alami sendiri ditempat kerja disaat ada kasus tumpangtindih kuasa pertambangan dengan perusahaan lain.
Dalam dunia pertambangan mineral dan batubara, pemerintah sendiri telah mengakui bahwa seorang juru ukur yang bekerja di pertambangan wajib memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Dan dijelaskan juga bahwa tanggungjawab seorang surveyor sangatlah besar dalam hal kelangsungan operasional dan keselamatan penambangan. Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh…