mardi 22 septembre 2009
Sharing bagian V : Peran Geodet dalam penanggulangan bencana
Selamat menikmati
Bagian V
Penulis : bung Farid
* Penulis bekerja di PT MLD (Mitra Lingkungan Dutakonsult) sebagai GIS Expert untuk NAD.
Sekedar berbagi cerita dan pengalaman,
Ga terbayang sebelumny urang bisa bekerja di dunia Pengairan, tapi jalurnya di GIS dan Modelling. Nama project yang dikerjakan sekarang adalah Sea Defence Projects yang kemudian dikenal Sea Defence Consultants (SDC), yang isinya merupakan konsorsium dari beberpa perusahaan yang bergerak di bidang Teknik Sipil, khusunya pengairan. Urang sendiri tercatat di PT. Mitra Lingkungan Dutaconsultant (MLD) yang merupakan satu manajemen dengan Bung Lukas, Bung Dedi Sutriyono, dan Ogiw 98.
SDC merupakan suatu project pendanaan dari Royal Netherland Embassy (Pemerintah Kerajaan Belanda)/hibah yang dikelola oleh DHV Belanda, DHV ini mitranya MLD, yang diperbantukan pada masa mulanya BRR. Jadi project ini pertamanya dikoordinir oleh BRR, kareana pada masa Rhabilitasi kemaren semua kegiatan harus lewat BRR. Pada Maret 2009 kemarin, masa tugas BRR telah habis, maka semua kegiatan dikembalikan ke pos-pos nya masing-masing. Khusus untuk SDC, sekarang berada dibawah Dirjen Pengairan kalau saya tidak keliru ya :D, maklum hanya technical staff.
Beranjak ke kegiatan-kegiatannya SDC cukup menantang dan mengasikkan kawan-kawan,
1. kegiatan pertama sewaktu bergabung di SDC adalah di Tsunami Modelling. Disana kegiatannya adalah menguji beberapa skenario gempa/melakukan simulasi sehingga nantinya apakah gempa tersebut berpotensi tsunami atau tidak. Adapaun besaran gempa yang digunakan dalam simulasi adalah mengikuti besaran Magnitude (Mw), bukan Skala Richter (SR). Sebagai informasi, gempa di Aceh kemarin jatuh di 9.2 Magnitude (Mw). Setelah beberapa skenario terkumpul, maka kita lakukan tahapan post-processing ke GIS Data dalam bentuk shapefiles tentunya dengan tahapan tertentu, untuk kemudian dibuat aplikasi yang kita namakan Risk Map. Aplikasi ini digunakan untuk monitoring input gempa yang terjadi sehingga masuk process di database, maka outputnya adalah apakah gempa tersebut berpotensi tsunami atau tidak. Kemudian si operator akan mnyalakan sirine tanda tsunami apabila terjadi gempa berpotensi tsunami. Kerjaan seperti ini tergabung di komnponen Tsunami Early Warning System (TEWS).
2. Selanjutnya adalah studi kajian Escape Building Inventory. Deskripsinya adalah menginventarisasi Bangunan Pelarian di daerah sekitar pesisir yang terkena tsunami. Data primernya adalah, model genangan tsunami hasil simulasi, dari situ kita bisa tau berapa ketinggian air di masing-masing tempat. Setelah itu kita tentukan titik-titik pelarian dan rute yang diperlukan dari pemukiman ke bangunan pelarian tersebut. Oh iya, bangunan pelarian tersbut harus di assesment juga berdasarkan ketinggian airnya. Bila 2 meter atau lebih maka bangunan ditingkat 2 (ada arsitek yang melakukan pekerjaan ini). Setelah konsep terncana, maka dilakukan latihan/drill di daerah yang dijadikan percontiohan dari mulai tanda sirine, sampai semua selamat ke tempat pengungsian. Kegiatan ini masih tergabung di komponen TEWS.
3. Berikutnya pekerjaan yang dilakukan adalah menganalisis daerah banjir, hal pertama yang dilalukan adalah melakukan simulasi banjir di suatu daerah tangkapan sungai (catchment area)/DAS/Basin, ah gimana enak nyebutnya saja. Dari data ini kita tau beberapa desa yang terkena banjir, tahunan, 5 tahunan, dan seterusnya, tergantung parameter simulasi yang diinginkan. Input data utamanya ternyata Geodesi banget kawan, Data surface, DEM, Cross Section, yaa disamping data-data debit dan curah hujan, dll. Dari data awal tersebut, kemudian dilakukan studi lapangan, langkah pertama yaitu quick scan, gunanya meng konfirmasi daerah-daerah banjir berbasis masyarakat. Setelah quick scan, data diproses terlebih dahulu dan akan ditentukan kemudian desa-desa yang paling parah terkena banjir. Setelah terpilih, dilakukan detailed assesment terhadap desa tersebut lewat tahapan Participatory Rural Appraisal (PRA)/Penilaian terhadap desa berbasis partisipasi masyarakat. Selanjutnya desa terpilih tersebut akan dijadikan model untuk SOP penanggulangan banjir untuk daerah tersebut. Kegiatan ini tergabung di komponen Flood Risk Management (FRM)/Pengelolaan Resiko Banjir.
4.......Bersambung dulu yaaak :D (masih banyak euy, ada Basin Water Management, Coastal Protection hehe)
--
Regards,
Wassalaamu 'alaikum wr. wb.
M FARID RAHMAN
Mobile: 081322529933
Sharing bagian IV : Real Time GIS
Silakan menikmati
Bagian IV
Penulis : M. Yasir Andi Baso (bingung nyingkatnya euy)
* Penulis merupakan andalan PTFI (dijelaskan dalam tulisan terdahulu) untuk mengawal dan mengembangkan teknologi GIS di tracking vessel dept. nya.
Pinjam bandwith dikit yah... (yah sok² pinjam, bandwith nya kan masih nyisa² tuh....(red))
Menginjakkan kaki di ranah ini sungguh suatu anugrah bagi saya, ranah dimana berbagai macam ilmu berbaur menjadi satu. Yah.. ranah Real Time GIS. Suatu bidang yang tidak pernah dan tak boleh stagnan untuk developmentnya. Ranah ini bisa dikatakan didasarkan dari tiga issue, yang dalam kesempatan ini saya akan coba persempit untuk didunia oil and gas. tiga issue itu adalah Safety, Sekuriti and Efisiensi issue.
Untuk issue safety, yang umumnya diangkat adalah bagaimana operational di lapangan bisa berjalan sesuai dengan HSE program dari setiap masing-masing oil company atau KKKS isitilah keren bung Ektes. ada beberapa case yang bisa diangkat untuk issue ini, ambil contoh bagaimana management KKKS bisa mencapai zero accident atau zero LTI (lost time injury) pada sisi transportasi di lapangannya, atau bagaimana management dari KKKS dapat belajar dari accident yang sudah terjadi. nah disini, Real Time GIS bisa berperan sebagai tools safety campaign untuk keseluruh pihak yang terlibat di operational nya mereka.
Selanjutnya untuk issue Sekuriti, disini case yang sering dimanfaatkan adalah bagaiamana mengelola setiap unit produksi dalam hal ini platform contohnya agar tidak dimasuki oleh pihak yang tidak diinginkan. mengelola unit produksi yang berada di remote area yang unmanned condition adalah sangat penting, karena jika lengah maka unit produksi itu bisa shutdown yang artinya akan mengakibatkan kerugian yang tidak kecil bukan? Disini lagi lah, Real Time GIS itu sangat berperan agar setiap unit produksi itu bisa terkontrol dalam 24 jam secara continue dari pihak-pihak yang tidak berkenan. Pertanyaan selanjutnya, jika sudah terdeteksi, apa yang akan dilakukan? nah disini lagi RTG kembali berperan penting. Apa coba? mari kita liat issue selanjutnya?
Issue terakhir tapi tidak kalah penting adalah issue Efisiensi, masih berkaitan dengan case yang diangkat di issue kedua, setelah RTG mendeteksi, langkah selanjutnya apa? pengambilan decision yang harus mengutamakan kecepatan dan ketepatan. semuanya itu bisa dihandle oleh satu tools...yah Real Time GIS... Nah ada satu lagi case yang sangat sensitif di jaman krisis global sekarang...efisiensi fuel.. dijamin, kalo membicarakan ini, pasti ada pihak pro dan ada pihak yang kontra. Tapi yah itulah, efisiensi memang harus dilakukan terutama untuk sumber daya yang tidak bisa diperbarui lagi..dalam hal ini fuel (bahan bakar). Yap, lagi-lagi dengan Real Time GIS ini, KKKS bisa saving dari beberapa armadanya hingga melebihi dari nilai kontrak Real Time GIS itu sendiri. What the benefit?
Jadi kalo boleh saya singkatkan, dengan Real Time GIS, KKKS bisa efisiensi waktu dan budget mereka tanpa kehilangan hari kerja dan asset mereka. All for One and One for All..
Makasih gan, udah bisa berbagi bandwith dimalam ini...meski 4 lapis roti tak terasa habis sebagai cemilan dikala menulis ini.
--
Warm Regards,
Moh.Yasir Andi Baso
Sharing bagian III : Drilling
Silakan menikmati.
Bagian III
Penulis : Lucky
* Penulis adalah salah seorang motivator entrepreunership. Cita²nya adalah punya perusahaan sendiri. Semoga cepat terlaksana bung Lucky, doa kami untuk anda.
Nah lanjut untuk tahapan eksplorasi berikutnya adalah tahap pengeboran (Drilling)
Dari data seismic yang ada, biasanya akan dilakukan pengecekan dengan melakukan pengeboran di sejumlah titik (atau dikenal dengan nama proposed well location). Sehingga akan didapatkan data yang lebih akurat dan kepastian mengenai cadangan minyak dan/atau gas yang terkandung. Biasanya pengeboran dilakukan oleh kapal (drilling vessel) dan juga rig (tergantung dari biaya, kedalaman laut, dll). Untuk spesifikasi kedalaman laut maka dikenal dengan nama swamp rig (untuk daerah rawa, kedalaman 5-15m), Jack-up rig (15-100m), semi-submersible rig (>100m).
Untuk tahap persiapan sebelum pengeboran biasanya dibutuhkan survey area di sekitar titik pengeboran dikenal dengan istilah geophysical site survey (atau site survey). Survey area biasanya berbentuk kotak (3x3km, 4x4km, dll) tergantung terhadap jenis rig/drilling vessel yang akan digunakan. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain differential GPS (pastinya..), Echosounder single beam ataupun multibeam, Side scan sonar, USBL, Sub bottom profilling (Pinger, Boomer/Sparker), Magnetometer, analog vs digital, dll sesuai kebutuhan. Data akhir biasanya berupa peta bathymetri, seabed feature, profil penampang dibawah seabed, data magnetic area sekitar (terutama untuk eks lokasi perang), dll. Semua alat yang digunakan bergantung terhadap budget (echosounder vs multibeam, analog vs digital), kedalaman laut, dan kebutuhan lainnya. Surveyor tentu saja berperan penting dalam survey ini (dan biasanya menjadi team leader). Selain itu Geodesi juga berperan dalam data processor (terutama jika menggunakan multibeam). Salah satu kamerad yang saya kenal ahli dalam dunia multibeam adalah om Februs. Bagi yang ingin cerita lengkap multibeam yang penuh warna itu bisa menghubungi beliau. Dan tentu saja kawan2 dari geologi/geofisika (namanya juga geophysical site survey...) akan terlibat dalam survey ini untuk data yang memerlukan interpretasi (side scan sonar, sub bottom profilling, dll)
Selain data survey, data yang lain yang biasanya dibutuhkan sebelum pengeboran adalah data geotechnical. Data geotechnical ini didapatkan dari mengambil sampel2
tanah di bawah permukaan laut (seabed) dengan melakukan pengeboran di titik2 yang telah ditentukan di skitar area pengeboran. Surveyor biasanya assist dalam drilling vessel positioning. Perusahaan yang bermain di bidang geoteknik ini setahu saya adalah Fugro, Pageo, Horizon, dll. Jadi tidak semua perusahaan survey bermain dalam bidang geotechnic ini (biasanya terdiri dari kawan2 sipil dan geologist).
Data survey dan geoteknik ini nantinya akan dijadikan referensi, safety issue (terutama untuk jack-up rig), insurance, dan juga gambaran awal mengenai keadaan lingkungan sekitar tempat pengeboran. Setelah data didapatkan, maka rig akan segera bergerak menuju lokasi titik pengeboran dengan assist dari surveyor (dikenal dengan istilah rig move). Cerita lengkap dari rig move bisa kawan2 dapatkan dari om Kojek hehehe...
bersambung lagi ... (EPC --> Engineering, Procurement, dan Construction) --sekalian cerita ROV buat om Lukas
lucky
Sharing bagian II : Liku² tender blok migas
Silakan menikmatin
Bagian II
Penulis: Eka Ristandi (bukan DJunarsyah)
* Penulis sampai saat ini masih setia berkantor di PT Patra Nusa Data setelah cita² menjadi mandor perkebunan kandas di tengah jalan....:)
Sedikit berbagi informasi masalah migas,
ada sedikit koreksi bang lucky, kontrak kerja sama pemerintah Indonesia dan perusahaan minyak untuk mengelola Blok Migas bukan antara oil comp dengan BPMigas, melainkan dengan Ditjen Migas. Kontrak kerjasama tersebut disebut PSC (Production Sharing Contract). oil comp disebut KKKS atau Kontraktor Kontrak Kerjasama yg dulu disebut KPS (Kontraktor Production Sharing). Biasanya kontrak blok migas ini berlangsung selama 30 tahun, yang setiap tahunnya ada penyisihan wilayah (relinquisment) jadi bentuk blok migasnya (yang kotak2, rege-rege) akan makin mengecil yang menandakan penyisihan dan dikembalikan lagi ke negara (beserta data-data nya).
Kembali ke PSC, setelah mendapat kontrak dari Ditjen migas, maka kegiatan eksplorasi dan produksi (EP) ini dimulailah. Nah perwakilan pemerintah sebagai pemantau kegiatan EP ini adalah BPMigas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas). Segala kegiatan eksplorasi produksi di blok migas harus mendapatkan approval BPMigas, terutama approval dana melalui AFE (Autorisize For Expenditure). Karena pada dasarnya semua kegiatan mereka biayanya akan ditanggungkan ke negara (via BPMigas) mangkanya setiap ada lambang perusahaan minyak pasti sebelah kirinya ada lambag BPMigas. Jadi yang banyak kegiatan EP itu bangsa kita juga lho, tapi dengan satu sarat perhitungan reinbursmentnya akan dihitung pada kapasitas produksi minyaknya. Jadi klo ngebor ga ada minyaknya sebenarnya tidak bisa direinburs ke pemerintah dan itu adalah resiko dari oil company ersebut. Nah disini lah dibutuhkan orng cerdas, kontraktor2 handal seperti teman2 kita ini.
Nah ada lagi BPHMigas atau lazim disebut BP Hilir, ini adalah perwakilan pemerintah untuk memantau industri hilir migas seperti halnya distribusi (shipping) migas dan pemasaran, jadi yang ngatur minyak itu dari stasiun, ke depo sampai ke konsumen ini adalah wewenangnya BPHMigas
kembali lagi, Nah bagaimana bagi hasilnya antara BPMigas dgn Oil Comp?
Saat ini, bagi hasil PSC biasanya 80% - 20% keuntungan, 80 buat pemerintah indonesia (BPmigas), 20 buat perusahaan minyak setelah cost recovery, alias semua biaya ongkos EP ditanggung oleh pemerintah kita. Nah yang nakal2 ini yang biasanya mainin cost recovery, inilah yang menjadi ribut kawan2 yang masih idealis dengan dana milik negara.
Jadi dapat dikatakan klo Ditjen Migas adalah regulator, Klo BPMigas adalah eksekutor untuk kegiatan EP, selain regulator Ditmen migas juga berfungsi dalam mencari potensi2 reservoir migas di blok2 baru, nah disini lah ada yang namanya spek survey seismic
Nah Patra Nusa Data (PND) tempat sy kerja adalah perwakilan Ditjen Migas tersebut yang mengelola data-data hasil relinquisment, dikelola, direprocessing, diberikan nilai tambah lalu ditawarkan lagi ke investor baru yang berminat mengelola blok tersebut saat oil comp yang sebelumnya sudah habis masa kontrak nya (yang 30 taun itu), jadi terus aja berputar data-datanya.
Mungkin sedikit bagi-bagi informasi dari saya,
saya bermimpi pengen beli blok migas...
eka
Sharing bagian I : Sekilas pandang dunia migas
Cerita ini berasal dari teman² seangkatan yang telah kenyang merasakan asam garam sebagai seorang Geodet.
Selamat menikmati.
Bag I
Sharing dari Bung Lucky
* Penulis saat ini bekerja untuk FSME (Fugro Survey Middle East). Sebelumnya beliau ini adalah salah seorang manager di PTFI (bukan PT Freeport Indonesia tapi PT Fugro Indonesia)
Dear rekans,
Sekedar mencoba untuk sharing mengenai kebutuhan survey khususnya
untuk Oil and Gas.Ceritanya mungkin bisa kita mulai dari tahapan
Eksplorasi, Eksploitasi, Construction, dan Maintenance.
Setelah mendapat izin kerjasama dari pemerintah (BP Migas) untuk
mendapat sebuah/beberapa block migas, sebuah perusahaaan minyak akan
segera melakukan tahapan eksplorasi (feasibility study, menghitung
cadangan, layak dan tidaknya ditambang,dsb). Nah, tahapan yang paling
penting dari eksplorasi ini salah satunya adalah Survey Seismic.
Survey Seismic ini biasanya dilakukan dalam area yang cukup luas dan
biaya yang cukup besar. Oleh karena itu survey seismic biasanya
berlangsung cukup lama dan gaji surveyor/navigator/processor pastinya
cukup menggiurkan. Mengenai apa fungsi surveyor/navigator, dan
processor di survey seismic mungkin uuk riza lebih paham :).
Untuk survey seismic company yang cukup terkenal dan familiar adalah
Geokinetic (hehe urang sebut lebih dulu soalnya uuk disana), PGS
(Aboy'97), Schlumberger Western Geco (widi'94), cgg veritas, global
geophysical (Ichal'98, Menir'97), Fugro Geoteam, dll.
Dalam melakukan survey seismic terkadang menggunakan jasa "Survey
Company" (Fugro, Pageo, Seascape, MGS, dll) untuk melakukan pengecekan
area terlebih dahulu (biasa disebut scouting survey). Istilahnya
bersih2 dulu biar streamer ga nyangkut dimana2. Mengenai apa itu
streamer biar nanti uuk yang ngejelasin. Lalu biasanya juga diadakan
kerjasama mengenai positioning dan juga tracking vessel.
Selain itu peran GD dalam tahapan eksplorasi ada di bidang GIS. Hasil
olahan dari seismic biasanya bisa memberikan gambaran apakah blok
tersebut cukup layak ditambang atau tidak. Mungkin bung Ektes bung
Gobed dari PND bisa menambahkan.
Intinya klo bung lukas menanyakan ada berapa perusahaan Geoservices..
cuman ada satu bisa dilihat di www.geoservices.com. Perusahaan ini
biasanya bermain di tahapan eksploitasi (drilling engineering).
Bersambung....
salam hangat,
lucky
mardi 20 février 2007
Menjadi surveyor, antara tantangan dan dilema...
by: mas Opiq*
Being a 'juru ukur' or known as surveyor is very challenging, also pathetic..... why??
Mungkin ada beberapa orang yang tidak tahu apa itu surveyor.... atau ada segelintir orang di negeri yang luas ini yang hanya tahu bahwa surveyor itu adalah tukang ngukur tanah, yang kerjaannya 'ngeker-ngeker' di pinggir jalan pake alat yang seperti kamera tipi, ngekerin orang mandi di sungai ;)... hmmm, hanya segitukah pengetahuan orang tentang surveyor, sungguh menyedihkan...
Selama hampir 60 tahun pendidikan mengenai ilmu ukur tanah, pemetaan, geodesi, geomatika, atau apapun lah namanya di negeri ini, ternyata belum mampu menjelaskan kepada khalayak mengenai profesi surveyor. Kenapa? kenapa profesi ini tidak sepopuler arstitek, pelukis, sutradara, insinyur sipil..dll?
Itulah yang menjadi keprihatinan saya sebagai seorang yang berkecimpung di dunia survey dan pemetaan... maka, dengan curhat di blog ini semoga bisa menularkan dan mungkin ada solusi dari yang membacanya tentang masalah ini...
Ono gulo ono semut… ada profesi ada pekerjaannya.. berikut akan saya sampaikan sedikit mengenai arti dari surveyor. Surveyor : orang yang melakukan pekerjaan survey/pemetaan. Pekerjaan survey/pemetaan (surveying) sendiri adalah suatu teknik dan ilmu untuk menentukan posisi titik dalam suatu ruang 3D, menentukan jarak dan sudut diantara titik-titik tersebut dengan teliti. Posisi titik ini bisa berada di permukaan bumi di dalam bumi dan di luar bumi. Dalam rangka memenuhi sasaran dan maksud dari pekerjaan survey, seorang surveyor harus tahu prinsip geometri (ilmu ukur), rancang-bangun, matematika, fisika dan bahkan ilmu hukum.
Tanpa disadari, surveyor telah menjadi salah satu unsur penting dalam pengembangan lingkungan manusia sejak beberapa abad lalu. Profesi ini merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan hampir ditiap pekerjaan konstruksi. Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh….
Jaman dahulu, seorang surveyor hanya memerlukan kompas dan meteran dalam melakukan pekerjaannya, seiring dengan perkembangan teknologi muncullah theodolit, merupakan cikal bakal alat ukur sudut teliti. Untuk pengukuran jarak, ditemukan lah EDM (electronic Distance Measurement) yang menggunakan prinsip cepat-rambat gelombang elektromagnetik dalam penentuan jaraknya. kemudian muncullah alat ukur yang menggabungkan EDM+Theodolit menjadi satu alat yang lebih praktis dan serba digital, Total Station. Cerita tadi merupakan salah satu perkembangan dunia surveying di dunia, terutama untuk land surveying (pemetaan darat), masih ada lingkup pekerjaan survey di laut ataupun udara yang mengalami perkembangan serupa. Bahkan saat ini, dalam teknologi pemetaan sudah menggunakan satelit GPS buatan Dep. Pertahanan Amerika, GLONASS buatan Rusia dan Gallileo buatan Uni Eropa… canggih kan sebenarnya? Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh…
Ruang lingkup atau jenis pekerjaan survey ada berbagai macam, antara lain:
- Survey batas: menentukan batas kepemilikan lahan atau wilayah. Jaman dulu sampai jaman sekarang orang bisa baku bunuh gara-gara sengketa batas wilayah. Untuk itu sangat perlu ditentukan batas aktual dilapangan dan kemudian didokumentasikan dalam sebuah peta agar orang lain tahu batas wilayah kita.
- Survey deformasi: menentukan apakah stuktur atau object mengalami perubahan bentuk atau pergerakan. Diperlukan pengukuran 3D pada objek yang akan diukur dan dilakukan pengukuran kembali pada titik yang sama secara berkala. Hasil dari pengukuran kedua dan seterusnya dibandingkan dengan pengukuran pertama untuk dihitung besar pergerakannya. Jenis survey ini biasa dilakukan untuk pemantauan bendungan, rig platform, dan yang lagi hangat-hangatnya adalah penentuan nilai penurunan tanah akibat semburan lumpur di Porong, Sidoarjo.
- Survey rekayasa: biasa dilakukan dalam pekerjaan konstruksi, baik itu pembuatan jalan, gedung, rel, dll. Sebenarnya pekerjaan survey dibidang rekayasa inilah yang banyak kita temui di setiap proyek pembangunan, tapi seringkali kegiatan survey-nya tidak diperhatikan oleh masyarakat karena masyarakat memandang proyek itu dari namanya, misal proyek jembatan layang Paspasti, proyek jalan tol… dan tentu saja yang dikenal adalah insinyur sipilnya, arsiteknya….dll.
- Survey topografi: mengukur/memetakan permukaan bumi yang direpresentasikan dalam kumpulan titik-titik koordinat 3D kemudian biasa digambarkan dalam garis kontur (garis yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama).
- Survey Hidrografi: survey yang dilakukan untuk memetakan topografi dasar laut untuk digunakan lebih lanjut dalam navigasi kapal, konstruksi lepas pantai, atau manajemen sumber daya laut.
- Survey konstruksi: bisa dibilang merupakan bagian dari survey rekayasa, tetapi lebih spesifik ke bidang konstruksi.
- Survey navigasi: untuk mengetahui posisi suatu wahana bergerak (misal kapal, pesawat terbang, mobil,rudal) sehingga bisa menentukan dan mengontrol apakah wahana tersebut berada dijalur yang aman, cepat dan sesuai rencana.
Dan masih banyak jenis pekerjaan survey yang lain, Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh…
Di dunia kerja di tanah air ini, profesi surveyor masih belum bisa berkembang dan mengembangkan diri untuk meningkatkan eksistensinya… pada kenyataannya, banyak perusahaan yang masih menganggap surveyor itu sebagai profesi yang tidak memberikan kontribusi penting dalam pencapaian keuntungan perusahaan. Sehingga posisi seorang surveyor masih ditempatkan di level bawah….
Padahal apa bedanya dengan seorang geologist, mine engineer, insinyur sipil…, mereka tidak akan bisa merencanakan dan melakuan perkerjaan penambangan, pembangunan jalan dengan baik tanpa ada surveyor. Apakah bisa seorang insinyur sipil membangun jalan tol sepanjang 10km tanpa peta topografi, tanpa panduan pemasangan titik di lapangan, menghitung volume galian dan timbunan yang diperlukan tanpa seorang surveyor?
Apakah bisa seorang geologist menentukan posisi sumber minyak, memetakan jalur patahan dengan akurat tanpa seorang surveyor?
Itulah ironisnya, mungkin karena pengetahuan para pemilik dan pemangku jabatan tertinggi di perusahaan hanya mengenal dunia survey/pemetaan dari kulitnya saja, jadi mereka menggangap surveyor yang hanya begitu-begitu saja…
Untuk itu, ada baiknya juga buat para surveyor 'jual mahal' dikit kepada para peminta-minta jasa kita.. jangan sampai mereka menganggap kita sebagai seorang pembantu mereka dalam menyediakan data sehingga seenaknya saja menyuruh. Kita harus mulai menunjukkan kepada mereka bahwa profesi kita itu sejajar dan bahkan lebih penting daripada mereka.. menunjukkan bahwa hasil kerja kita sangat berperan dalam sebuah pekerjaan/proyek mereka... kita perlu menggalakkan arogansi profesi.
Salah satu hal yang membuat mereka agak melek tentang geodesi adalah masalah transformasi datum/koordinat. Ini saya alami sendiri ditempat kerja disaat ada kasus tumpangtindih kuasa pertambangan dengan perusahaan lain.
Dalam dunia pertambangan mineral dan batubara, pemerintah sendiri telah mengakui bahwa seorang juru ukur yang bekerja di pertambangan wajib memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Dan dijelaskan juga bahwa tanggungjawab seorang surveyor sangatlah besar dalam hal kelangsungan operasional dan keselamatan penambangan. Tapi koq ya masih belum pada ngerti gitu loh…
lundi 19 février 2007
Geodesi, Pengukuran dan Pemetaan untuk Awam
Keyword: Geodesy, Geodetic, Geodet, Survey, Mapping,
Peta, Geo-reference, Kartografer, Kartografi
Pendahuluan
Di dalam banyak bidang pekerjaan, kita sering
menggunakan sebuah peta sebagai dasar rencana kerja.
Kita sering tidak mengetahui bagaimana peta itu
dihasilkan, siapa yang terlibat, proses-proses yang
terjadi di dalamnya, bagaimana keandalan peta
tersebut.
Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan pemahaman
mengenai bagaimana proses pembuatan peta untuk dapat
dipahami oleh orang awam. Sebelum melangkah ke
pembahasan tersebut, saya memberikan pengertian
mengenai Geodesi dan Pengukuran terlebih dahulu.
Ketika saya menulis ini, saya semakin menyadari tidak
mudah untuk menerangkan sesuatu secara mudah.
Mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini, orang-orang
yang awam dengan ketiga hal diatas tidak lagi menjadi
awam. Saya juga mengharapkan banyak masukan dari
teman-teman pembaca sekalian untuk memberikan masukan,
pertanyaan maupun komentar yang membangun melalui
kotak komentar yang ada di bagian bawah tulisan ini.
Geodesi
Geodesi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
tentang bentuk bumi. Disiplin ilmu ini telah
berabad-abad secara keras mencoba menentukan dimensi
bumi secara horizontal maupun vertikal. Eratosthenes
merupakan sebagai bapak ilmu Geodesi karena ia
diketahui sebagai yang pertama kali bereksperimen
dalam menentukan bentuk bumi. Saat ini, dengan
perkembangan teknologi yang semakin canggih, bentuk
bumi dipantau secara terus-menerus dengan mendirikan
ribuan titik kerangka di permukaan bumi yang
direferensikan pada satelit.
Cukup sulit untuk menjelaskan penerapan geodesi secara
mudah, tapi anda dapat membayangkan bahwa sebuah
bentuk dapat dibangun oleh banyak titik. Misalnya
garis, dibentuk oleh 2 titik, kemudian segitiga
dibangun oleh 3 titik, bola dibangun oleh banyak
titik, maka bumi juga dapat dimodelkan dengan banyak
titik. Titik-titik inilah yang disebut dengan ribuan
titik kerangka yang saya maksud diatas. Sehingga dari
titik-titik inilah dapat diturunkan model bentuk bumi.
Dengan mengacu pada model bentuk bumi tersebut kita
dapat membuat peta dunia, peta kota, peta jaringan
jalan, peta jaringan drainase, peta blok perumahan,
perhitungan pergerakan lempeng, penurunan lahan, peta
kedalaman laut peta daerah banjir, kenaikan muka air
laut, sistem informasi geografis (SIG / GIS), dan
sebagainya yang bersifat geo-refence atau bereferensi
bumi.
Pengukuran (Surveying)
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang
dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah
relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Pengukuran
terletak diantara ilmu geodesi dan ilmu pemetaan.
Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar
referensi pengukuran, kemudian hasil pengolahan data
pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta.
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan
perencanaan dan persiapan terlebih dahulu agar hasil
yang diperoleh dapat digunakan secara efektif dengan
waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.
Pengukuran memerlukan alat ukur. Theodolite,
waterpass, meteran, total station, gps, echosounder,
sextant adalah contoh-contoh alat ukur.
Pemetaan
Pemetaan adalah proses pembuatan peta berdasarkan
olahan data hasil pengukuran. Bidang ilmu yang
mempelajari pembuatan peta ini disebut dengan
kartografi, sedangkan ahlinya adalah kartografer. Pada
saat ini, pembuatan peta lebih banyak dilakukan secara
digital karena lebih cepat, lebih teliti, tidak
memakan ruang dan dapat dianalisis ulang sebelum
diproduksi. Pemahaman yang baik mengenai Sistem
Proyeksi dan Sistem Koordinat bumi merupakan hal dasar
yang harus diketahui oleh seorang kartografer.
Sistem Proyeksi merupakan aturan, nilai-nilai dan
model yang memberikan nilai konversi ketika bentuk
bumi yang tidak datar dibuat menjadi datar atau dibuat
menjadi bidang proyeksi. Data hasil pengolahan
pengukuran yang dimasukkan ke dalam sebuah sistem
proyeksi akan mengalami pendataran dan memiliki
kesamaan secara bentuk atau sudut dalam skala
tertentu. Contoh sistem proyeksi adalah Mercator,
Transverse Mercator, Azimuthal, Conic, dsb.
Setelah melalui Sistem Proyeksi, data tersebut akan
melalui tahap pemetaan berikutnya yaitu pemberian
nilai koordinat dalam sebuah Sistem Koordinat. Sistem
ini membagi bidang proyeksi bumi ke dalam zona-zona
berukuran tertentu. Contoh Sistem Koordinat adalah
Universal Transverse Mercator yang membagi zona dalam
ukuran 6 derajat bujur serta 2 bagian bumi di lintang
utara dan lintang selatan.
Kesimpulan
Peta adalah sebuah model dari obyek atau banyak obyek
yang bereferensi bumi. Di dalam proses pembuatan peta,
ada banyak asumsi dan pemodelan yang dilakukan. Hal
ini dimulai ketika bumi dimodelkan secara geodesi,
diukur atau direkam dengan menggunakan asumsi-asumsi
dan metoda pengukuran tertentu, serta dipetakan ke
dalam bidang proyeksi dan koordinat tertentu.
Untuk memperoleh nilai asli di permukaan bumi dari
data peta, maka nilai yang ada di peta harus
dikonversi melalui kebalikan dari tahap-tahapan
seperti diatas.
Ketiga bidang tersebut memiliki ahlinya atau
spealisasi masing-masing. Geodet merupakan ahli
Geodesi, Surveyor merupakan ahli Pengukuran kemudian
Kartografer adalah ahli Pemetaan.
*Penulis adalah seorang Insinyur Geodesi yang bekerja di PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult, Jakarta.